Rabu, 30 April 2008

Melepas Belenggu Kebodohan Lewat Pendidikan Jarak Jauh

SATU dunia, tanpa sekat, tanpa batas. Demikian pesan tertulis sebuah papan reklame produk layanan komunikasi yang terpasang di salah satu sudut Bandar Udara Cengkareng, Jakarta. Maksud pesan tersebut ingin memperjelas gagasan besar yang pernah disampaikan "dukun masa depan", John Naisbitt lewat bukunya yang sangat popular.

Sang "dukun'' meramal, dalam milenium ini bangsa-bangsa akan melebur dan menciptakan sebuah wilayah tunggal tanpa batas, tanpa sekat, dan tanpa batas geografis. Di bawah terminologi globalisasi, batas-batas tersebut telah meleburkan dikotomi utara-selatan, timur-barat, negara maju dan negara berkembang.

Namun, agaknya John Naisbitt lupa bahwa perkembangan bangsa-bangsa tersebut masih juga menyisakan kelompok-kelompok masyarakat yang jauh dari akses perubahan, bahkan tidak memungkinkan terlibat di dalam proses perubahan global.

Inilah sebuah ironi globalisasi yang tidak pernah bisa dihindari. Tetapi konsepnya tetap harus diperjuangkan untuk dapat diletakkan sebagai basis perubahan.

"Pendidikan merupakan jembatan untuk membuka kebuntuan akses dan menempatkan kelompok masyarakat terbelakang kepada wilayah pencerahan yang dapat membebaskan komunitas masyarakat yang berada di pedalaman dan jauh dari gemerlap serta hiruk-pikuk kota. Melepaskan belenggu serta jerat kebodohan dan kemiskinan merupakan agenda politik pendidikan yang dapat menjadikan dunia tanpa batas," ujar Direktur Kesetaraan Depdiknas Ella Yulaelawati di Jayapura, belum lama ini.

Berangkat dari kompleksitas geografis wilayah Indonesia, salah satu kiat menggapai atau menyentuh daerah-daerah pedalaman dan pelosok di tanah air adalah lewat program pendidikan jarak jauh (distance learning).

Lewat program ini diharapkan belenggu kebodohan dan kemiskinan yang dirasakan sebagian penduduk negeri ini di daerah pedalaman Papua, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera, dapat terjangkau.

Masalahnya, jika program pendidikan jarak jauh ini dilakukan dengan mengedepankan teknologi sebagai basis utamanya, hal ini sangat mustahil untuk dilakukan. Pasalnya, harus diakui penguasaan teknologi masyarakat Indonesia masih sangat minim.

Menurut Ella, paling kurang ada dua alternatif pengembangan program jarak jauh. Pertama, pengembangan model distance learning dengan konsep direct learning (DL) melalui pengembangan pusat pelatihan berbasis komunitas.

Model ini dikembangkan dengan memberikan pelatihan pada konstituen utama yang selanjutnya diminta menjadi sukarelawan untuk pengembangan program di tengah-tengah komunitas.

Kedua, pengembangan model pendidikan jarak jauh dengan mengadopsi sistem kelas bergerak (mobile classroom). Model ini dikembangkan mengingat kondisi wilayah pedalaman dan daerah-daerah di perbatasan yang relatif sulit untuk mendirikan pusat-pusat atau kelas-kelas belajar permanent.

Karena itu, paparnya, pengembangan model kelas bergerak sangat bergantung pada kondisi wilayah yang menjadi tempat pengembangan program pendidikan jarak jauh. Pengembangan model pendidikan jarak jauh ini dapat menjadi alternatif dalam penuntasan masalah-masalah pendidikan, terutama bagi kelompok masyarakat migran di daerah-daerah perbatasan dan daerah terluar Indonesia.

Radio Pendidikan

Pendidikan jarak jauh pada kondisi awal sudah dijalankan pemerintah melalui berbagai upaya, baik melalui belajar jarak jauh yang dikembangkan Universitas Terbuka maupun pendidikan jarak jauh yang dikembangkan Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Departemen Pendidikan Nasional.

Program pembelajaran multimedia ini, antara lain berupa program SMP dan SMA terbuka, serta pendidikan dan latihan siaran radio pendidikan.

Berkenaan dengan itu, yang pasti sasaran dari program pendidikan jarak jauh tidak lain adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak bangsa untuk mengecap pendidikan di tingkat yang lebih tinggi, bahkan tidak terkecuali anak didik yang sempat putus sekolah, baik untuk pendidikan dasar maupun menengah.

Demikian pula bagi para guru yang memiliki sertifikasi lulusan SPG/SGO/KPG yang karena kondisi tempat bertugas di daerah terpencil, pedalaman, di pegunungan, dan banyak pula yang dipisahkan pulau, maka peluang untuk mendapatkan pendidikan melalui program pendidikan jarak jauh mutlak menjadi terbuka lebar.

Untuk itu, pemerintah telah melakukan dengan berbagai terobosan dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia. Upaya keras yang dilakukan adalah dengan melokalisasi daerah terpencil, pedalaman yang sangat terbatas oleh berbagai hal, seperti transportasi, komunikasi, maupun informasi, untuk mendapat pelayanan pendidikan jarak jauh. Langkah ini ditempuh untuk memajukan dunia pendidikan di daerah-daerah terpencil. (E-5)


oleh: suara pembaharuan

Ananda Satria Mawan 1102406039

Tidak ada komentar: